Selasa, 09 Februari 2010

Pengaruh handphone terhadap siswa

Topik : Pengaruh teknologi terhadap pelajar


Handphone. Suatu benda kecil yang saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan. Mulai dari masyarakat kecil, pejabat, orangtua, anak muda, tukang becak, pedagang hingga para pelajar telah mengenal bahkan memiliki telepon seluler genggam ini. Semua kalangan sudah tidak asing lagi dengan “gadget” ini. Handphone memang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari termasuk bagi pelajar sekolah.

Handphone bagi pelajar terutama bagi pelajar yang berada pada usia remaja seolah telah menjadi nyawa. Segala hal dapat dilakukan “gadget” kecil ini. Mulai dari fasilitas sms, telepon, kamera, video, games, mp3 bahkan internet. Karena itulah selain menjadi media komunikasi dan hiburan, handphone juga dapat digunakan untuk mencari informasi melalui fasilitas internet.


Salah satu fasilitas yang acapkali digunakan pelajar adalah Short Message Service (SMS). Pelajar saat ini telah menjadi “generasi jempol” karena tidak dapat berpisah dari fasilitas yang satu ini. “Sms ria” bahkan dilakukan bukan hanya pada saat tertentu saja tetapi setiap saat pelajar-pelajar ini dengan sigap mengarahkan jempolnya untuk mengetik kata demi kata melalui handphone-nya. Tak jarang kegiatan ini mereka lakukan pada saat jam pelajaran di sekolah sedang berlangsung. Karena kegiatan “bersms ria” ini, perhatian para pelajar menjadi tersita.

Selain menyita waktu, dampak yang ditimbulkan adalah kantong menjadi terkuras karena kegiatan sms-an dan telpon-telpon-an tentu menghabiskan banyak pulsa dan akhirnya uangpun terkuras untuk membeli pulsa. Dengan sikap candu ini, seringkali membuat para pelajar tidak sadar bahwa ia telah menghabiskan banyak pulsa. Akibatnya, pelajar bisa menghabiskan dua puluh lima ribu, lima puluh ribu bahkan seratus ribu dalam satu bulan dan bahkan ada yang bisa menghabiskannya dalam hitungan minggu. Bayangkan saja betapa kasihannya orang tua yang telah susah payah mencari uang tetapi uangnya malah dihambur-hamburkan untuk hal-hal yang kurang penting.


Rasanya ini merupakan fenomena yang sering terjadi tetapi telah dianggap lumrah dan virus “generasi jempol” ini sendiri telah mewabah dimana-mana. Tanpa handphone, seolah pelajar tidak dapat melakukan aktivitas dan bisa menjadi seperti orang yang kehilangan nyawa ataupun seperti seorang ibu yang kehilangan anaknya. Bahkan walaupun telah ada larangan dari pihak sekolah agar pelajar sekolah tidak boleh membawa handphone ke sekolah, tetap tidak mempan. Hal ini disebabkan begitu besarnya pengaruh teknologi terhadap pelajar.


Disinilah peran dan kerja sama antara orangtua dan guru untuk dapat menge-rem tingkah laku pelajar yang sangat bergantung pada handphone dibutuhkan. Orangtua haruslah meletakkan dirinya sebagai pengontrol dan penasihat pribadi bagi anak-anaknya dan pihak sekolah haruslah lebih tegas kepada murid-muridnya agar tidak ada lagi murid-murid yang menggunakan handphone pada saat jam pelajaran. Tetapi ini semua ini tidak dapat berjalan tanpa kesadaran dari pelajar-pelajar itu sendiri. Karena, percuma saja segala peraturan dibuat jika tidak ada kesadaran dari diri mereka sendiri untuk menaatinya.

1 komentar: