Sabtu, 15 Januari 2011

Mahasiswa UNISI Tembilahan Demo??

Ratusan mahasiswa Universitas Islam Indragiri (Unisi) Tembilahan mendemo rektorat. Mereka menuntut penghapusan puntutan untuk Ujian Tengah Semester atau UTS.

Riauterkini-TEMBILAHAN-Ratusan mahasiswa Universitas Islam Indragiri (UNISI) Tembilahan menggelar demo di Rektorat UNISI Jalan Ki Hajar Dewantara Tembilahan, Kamis (13/1/11), mereka menuntut pembatalan pungutan uang Ujian Tengah Semester (UTS) yang dinilai memberatkan kalangan mahasiswa.

Ratusan mahasiswa yang bergerak dari Kampus UNISI di Jalan Soebrantas Tembilahan sekitar pukul 09.00 WIB. Mahasiswa ini mengusung spanduk dan tulisan yang berisikan mengecam kebijakan pungutan uang UTS sebesar Rp 10 ribu per mata kuliah.

‘Apa kata dunia, UTS bayar, Rektorat menentang hati nurani bupati dengan program satu rumah satu sarjana, Dari sabang sampai Merauke pasti tertawa UTS pakai biaya, hapusakan paham-paham colonial dan Yahudi di UNISI. Demikian bunyi spanduk yang dibawa mahasiswa dalam demo tersebut.

“Pungutan uang UTS sebesar Rp 10 ribu ini memberatkan kalangan mahasiswa dan kebijakan ini tidak melibatkan mahasiswa. Jangan jadikan UNISI sebagai ajang bisnis,” pekik, Bukhari, seorang orator di depan Rektorat UNISI Tembilahan.

Dalam orasinya, kalangan mahasiswa ini menuntut pihak Rektorat dan Yayasan Tasik Gemilang membatalkan pungutan tersebut. Kalau tidak mereka mengancam akan melakukan aksi mogok kuliah.

“Kami minta pungutan ini ditiadakan, kami minta hari ini juga ada keputusannya. Kalau tidak, kami akan melakukan mogok kuliah,” seru Jumiardi, seorang orator lainnya.

Pada saat itu para pendemo sempat mencoba menerobos masuk ke ruang Rektorat, karena mereka merasa lambannya tanggapan yang diambil atas tuntutan mereka.

Namun aksi mereka ini dihadang dan ditenangkan oleh puluhan aparat kepolisian dan pengamanan UNISI Tembilahan. Terlihat aparat kepolisian berjaga sampai kedalam aula UNISI Tembilahan.

Setelah didesak kalangan mahasiswa, akhirnya Wakil Rektor I, Ririn Handayani bersedia menemui kalangan mahasiswa. Dari ruang Rektorat sampai aula UNISI, ia tampak dikawal ketat polisi dan pengamanan UNISI. Saat menuju aula beberapa mahasiswa meneriakinya ‘isteri ‘Gayus’, bahkan ada yang meminta ia mundur, karena ia dianggap bertanggung jawab atas pungutan UTS tersebut.

Dihadapan mahasiswa, pada awalnya ia sempat menyatakan bahwa kebijakan pungutan ini telah ditetapkan berdasarkan rapat senat. Tapi jawaban ini langsung disambut teriakan bahwa rapat tersebut tidak melibatkan kalangan perwakilan mahasiswa.

“Baiklah, maka pungutan UTS kali ini ditiadakan, terima kasih,” jawab singkat Ririn Handayani yang langsung bergegas meninggalkan mahasiswa.***(mar)

sumber riauterkini.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar